Judul:
PENGGUNAAN MEDIA LIDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SD
PENGGUNAAN MEDIA LIDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SD
BAB
I
PENDAHULUAN
PTK
Matematika SD Kelas 4
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu
permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata
pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta
terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan
media/alat peraga dalam pelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya
media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran
pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan.
Kompetensi
guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator, mampu membuka
pelajaran, mampu menyajikan materi, mampu menggunakan metode/strategi, mampu menggunakan
media/ alat peraga, mampu menggunakan bahasa yang komutatif, mampu memotivasi siswa,
mampu mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan
balik, mampu melaksanakan penilaian, dan mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan
Nasional, 2004 ; 13 – 14).
Agar
pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan kompetensi
dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkah- langkah pengembangan silabus
pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar siswa meliputi; 1).
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik dan mental yang perlu dilakukan siswa
dalam berinteraksi dengan sumber belajar dalam rangka mencapai kompetensi dasar
dan standar kompetensi. 2). Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di dalam dan di
luar kelas. Kegiatan yang diberikan sebagai pengalaman belajar siswa harus berorientasi
agar siswa aktif dalam belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan
sebagai fasilitator dari pada sebagai pemberi informasi, siswa terbiasa mencari
sendiri informasi (dengan bimbingan guru) dari berbagai sumber, siswa dibekali dengan
kecakapan hidup dan dibiasakan memecahkan permasalahan yang kontektual yaitu terkait
dengan lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa. 3). Pada hakekatnya pengalaman
belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk menguasai kompetensi dasar secara
ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai pengalaman belajar
meliputi pengalaman untuk mencapei kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Selanjutnya pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja yang opersional.(Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen,
Depdiknas, 2003 ; 3)
Berdasarkan
teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap konkret
operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Pola berpikir dalam memahami konsep
yang abstrak masih terikat pada benda konkret (2)Jika diberikan permasalahan belum
mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya (3)Pemahaman terhadap konsep yang
berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas, volum, berat,
dan sebagainya.(4)Belum mapu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan
operasi pada masalah yang kompleks. (5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan
sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir
membalik.(6) Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang
dan waktu. (8) Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Selain
itu, menurut Pujiati (2004 ; 1) yang menyarikan pada Bruner bahwa untuk memahami
pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-tahapan yang runtut, yaitu: enactive,
ikonik, dan simbolik. Tahap enactive, yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda
atau objek yang kongkret, tahap ikonik, yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar,
dan tahap simbolik, yaitu tahap belajar melalui manipulasi lambang atau simbul.
(Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD, Pujiati, 2004) PTK Matematika SD
Kelas 4
Berdasarkan
pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep matematika
masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman
konkret) yang dapat diterima akal mereka.
Dalam
penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu bentuk
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penyampaian pembelajaran
ini peneliti menggunakan media/alat peraga lidi dalam penjumlahan bilangan bulat
di kelas IV SDN Krembung I, dengan urutan pembelajaranya sebagai berikut: Guru membagi
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan dalam satu bangku), kemudian
lidi kita bagikan kepada masing-masing kelompok sebanyak 20 biji. Guru memperagakan
lidi itu untuk menjumlah dua bilangan bulat. Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan
dengan cara memperagakan lidi itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut,
sedangkan guru mengamati proses penggunaan lidi itu untuk menjawab tugas yang telah
diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh memperagakan hasil
kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa trampil menggunakan lidi
itu untuk menjumlah dua bilangan bulat.
Pada
akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil menggunakan lidi
itu sebagai alat bantu untuk menjumlah dua bilangan bulat sekaligus sebagai alat
evaluasi.
B.
Perumusan
Masalah
Bertolak
dari permasalahan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimana penggunaan dan penerapan media lidi dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam menjumlah dua bilangan bulat di kelas IV SD ?
C.
Pemecahan
masalah
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka peneliti menetapkan langkah-langkah pemecahan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan beberapa contoh penggunaan
media lidi dalam penyelesaian penjumlahan bilangan bulat.
2.
Memaksimalkan penggunaan media lidi pada
penjumlahan bilangan bulat.
3.
Melatih siswa menyelesaikan soal penjumlahan
bilangan bulat dengan menggunakan media lidi.
4.
Membina keterampilan siswa menjumlah
bilangan bulat dengan menggunakan media lidi dalam bentuk permainan adu cepat.
5.
Memberikan latihan soal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
6.
Mengadakan evaluasi proses dan evaluasi
kognitif.
7.
Memberikan pekerjaan rumah.
D.
Tujuan
Penelitian
Penulisan
penelitian ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan keterampilan penggunaan media
lidi dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan
bulat.
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak, antara
lain:
1.
Memberikan pembelajaran secara langsung
bagi guru tentang pembelajaran yang menggunakan media lidi guna meningkatkan pemahaman
siswa terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga menambah wawasan dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2.
Meningkatkan keterampilan bagi siswa
tentang penggunaan media lidi dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
berperan aktif dan kreatif terutama pada penjumlahan bilangan bulat. Memberikan
pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
media lidi dalam penjumlahan bilangan bulat serta memberikan dorongan untuk
melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaran-pembelajaran matematika yang lain.
3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
bagi sekolah untuk meningkatkan pemahaman tentang fungsi penelitian tindakan kelas.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
PTK
Matematika SD Kelas 4
A.
Kurikulum
Perkembangan
pengetahuan dan tehnologi sangat mempengaruhi kurikulum matematika. Pembaharuan
pendidikan oleh Menteri Pendidikan Nasional antara lain telah menghasilkan Standar
Nasional tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 diantaranya prinsip pelaksanaan
kurikulum.
Dalam
pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai
berikut: a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal
ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar
untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami
dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. c). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik
mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai
dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral. d). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta
didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrap, terbuka, dan hangat,
dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulada
(di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa,
di depan memberikan contoh dan teladan). e). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan tehnologi yang memadai,
dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam
takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh
dan teladan). f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh
bahan kajian secara optimal. g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen
kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas
dan jenis serta jenjang pendidikan. (Menteri Pendidikan Nasional, 2006 : 6-7).
Secara
khusus kurikulum matematika sekolah dasar dilaksanakan pada semua kelas mulai dari
kelas I sampai dengan kelas VI, untuk kelas I sampai dengan kelas III menggunakan
pembelajaran tematik sedangkan untuk kelas IV sampai dengan kelas VI mata pelajaran.
Materi pokok dalam pembelajaran matematika kelas IV sekolah dasar meliputi: bilangan,
pengukuran, bangun datar, bangun ruang dan penekanan pada penguasaan bilangan. Operasi
penjumlahan pada bilangan bulat sebagai dasar pemahaman pengurangan bilangan bulat dan diajarkan
mulai dari kelas IV sampai dengan kelas VI.
B.
Belajar
Sekolah
yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses, diantaranya proses
belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi. Sekolah yang menerapkan MBS memiliki
efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat proses
belajar mengajar yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Dalam buku Manajemen
Berbasis Sekolah yang diterbitkan Depdinas (2006 : 15) menyatakan bahwa proses belajar
mengajar bukan sekedar memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos),
akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga
tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos) serta dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos). Proses belajar mengajar
yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengatahui (learning to know), belajar
bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk mengoptimalkan pembelajaran diperlukan media/alat peraga.
C.
Media
Untuk
mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal dibutuhkan pengetahuan dan
pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliput :
1.
Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar,
2.
Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan,
3.
Tentang proses-proses mengajar,
4.
Hubungan antara metode mengajar dan media
pendidikan,
5.
Nilai atau manfaat medi pendidikan dalam
pengajaran,
6.
Memilih dan menggunakan pendidikan,
7.
Berbagai jenis alat dan teknik media
pendidikan,
8.
Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran
dan
9.
Usaha inovasi dalam media pendidikandan
lain-lain. Dititik dari beberapa pokok yang telah di kemukakan diatas, jelaslah
bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi
dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran
di sekolah. (Hamalik, 1980 : 15-16).
D.
Pembelajaran
Matematika
Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu dalam menyusun perencanaan pembelajaran agar tujuan yang diinginkan tercapai,
maka perlu kita perhatikan hal-hal berikut ini :
1.
Kesiapan Intelektual Siswa
2.
Teori mengajar dan
3.
Teori belajar.
1.
Kesiapan Intelektual Siswa
Guru
mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan kognitif siswa, yang mencakup
dua hal yaitu mengenai perkembangan intelektual anak dan pengalaman belajar yang
telah diperoleh siswa.
Tahap-tahap
berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus diperhatikan penyusunan kurikulum sekolah.
Khususnya dalam menyusun skenario pembelajaran matematika, karena perkembangan intelektual
anak yang dikemukakan Pieget dirasakan untuk pengajaran matematika di sekolah. Dengan
demikian media mengajar matematika yang dipergunakan harus sesuai dengan perkembangan
intelektual anak.
Perkembangan
intelektual anak menurut Piaget ada empat tahap, yaitu :
·
Periode mencari motor. Tahap ini dicapai
anak sampai umur dua tahun.
·
Periode persiapan operasi kongkrit. Tahap
ini dicapai anak mulai dapat memanipulasi simbul-simbul dari benda-benda sekitarnya.
·
Periode operasi konkrit. Tahap ini dicapai
anak pada usia tujuh tahun sampai sebelas tahun. Anak pada usia ini ditandai dengan
permulaan berfikir matematika logis dan observasi dari pengalaman dengan objek nyata
dan ia mulai dapat menggeneralisasikan objek-objek tadi.
·
Periode operasi formal. Pada tahap ini
biasanya dicapai anak mulai umur sebelas tahun ke atas. Pada tahap ini konsep konservasi
telah tercapai sepenuhnya. Anak mulai mempunyai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
abstrak.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif anak yang dikemukaan Piaget ini, berlaku bagi setiap anak
tetapi umur yang dinyatakan diatas sangat menentukan, terutama pada anak usia SD.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak pada periode operasi kongkrit anak
mulai dapat berfikir matematika logis dan observasi dari pengalaman benda-benda
nyata. Dengan demikian teori Pieget berguna untuk pengajaran matematika di sekolah
dasar.
Menurut
Pujiati (2004 : 6) benda-benda kongkrit pada pembelajaran matematika digunakan untuk
penanaman konsep pada siswa, jika penanaman konsep belum dikuasai oleh siswa, maka
pembelajaran berikutnya sulit dipahami oleh siswa, karena siswa usia SD mulai berfikir
logis dari pengalaman dengan objek-objek nyata atau tiruan, sedangkan “fungsi alat
peraga adalah sebagai media/alat peraga dalam menanamkan konsep-konsep pada pembelajaran
matematika”
Dari
sini dapat disimpulkan bahwa media/alat peraga dalam pembelajaran matematika di
SD memegang peran sangat penting untuk menanamkan konsep-konsep baru.
2.
Teori Mengajar
Metoda
laboratory mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan indera, terutama penglihatan,
peraba, dan gerak otot/kinetis, untuk dapat membantu secara optimal kemampuan abstraksi
dan keterampilan siswa. Pada dasarnya kemampuan mental yang ingin dicapai melalui
kegiatan laboratory sama dengan pada kegiatan yang sifatnya heuristic. Yaitu, siswa
menemukan konsepatau keterampilan yang dipelajari. Cara yang digunakan terutama
dalam bentuk penemuan terbimbing melalui media yang berupa lembar kerja atau tugas
terstruktuk serta dimungkinkan di lengkapi alat peraga. (Elly E. 1996;3).
Dengan
demikian mengajar tidak hanya memberikan suatu definisi yang harus dihafal, media
apa yang digunakan, dan bagaimana menemukan konsep-konsep itu, sehingga pembelajaran
itu lebih aktif bagi siswa, tidak menjenuhkan dan membuat siswa penasaran.
BAB
III
PELAKSANAAN
PENELITIAN
PTK
Matematika SD Kelas 4
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian pendahuluan, bahwa tujuan
penelitian ini adalah agar siswa mampu meningkatkan keterampilan penggunaan media
lidi dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan bulat.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan data yang dapat melukiskan keterampilan
siswa.
A.
Lokasi
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IV SDN Krembung I kecamatan Krembung kabupaten
Sidoarjo.
B.
Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 september s.d 15 Nopember 2006.
C.
Materi Pembelajaran
Untuk
menentukan mata pelajaran dan materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian
ini dipilih mata pelajaran matematika dengan materi pokok penjumlahan bilangan bulat
di kelas IV semester I.
Berdasarkan
kurikulum 2004, materi ini dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Materi ini selalu
mengalami kesulitan di kelas V atau
kelas VI.
2.
Sekolah mempunyai
buku paket yang relevan
Materi
pembelajaran ini dilaksanakan dalam waktu 3 pertemuan dengan setiap pertemuan 2
x 40 menit, dan masing-masing pertemuan ditutup dengan tes tertulis.
D.
Pelaksanaan
Penelitian
1.
Siklus I
a.
Rancangan Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti
telah menyiapkan/menyusun perangkat pembelajaran antara lain:
1. Silabus,
yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indicator, pengalaman
belajar, alokasi waktu, sumber/alat/bahan belajar dan penilaian.
2. Rencana
pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi
waktu, kompetensi dasar, langkah-langkah pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar
dan penilaian.
3. Lembar
penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4. Lidi
sejumlah 220 buah.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran
1)
Kegiatan awal meliputi :
·
Guru mengucapkan salam di depan kelas.
·
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil (berpasangan).
·
Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok
sebanyak 20 buah.
·
Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan
bilangan cacah dengan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi.
No comments:
Post a Comment
Please leave your comment for complaints and inquiries. We apologize if we do not reply to your comments, because we can not get online 24 hours. So please remain patient because you keep your comments we read. Regards admin